Kecenderungan adalah hasrat atau keinginan yang selalu timbul berulang-ulang (Sudarsono, 1997). Selain itu, kecenderungan juga merupakan susunan disposisi untuk berkelakuan dalam cara yang benar (Anshari, 1996). Kelebihan manusia sebagai ciptaan Tuhan adalah diberi akal, kemampuan inilah yang membedakannya dengan makhluk hidup lain. Berdasarkan kemampuan berpikir inilah manusia dapat memandang realita secara positif berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi sehingga dapat menimbulkan perasaan yang menyenangkan, dalam berpikir terdapat kekuatan yang merupakan salah satu peranan penting bagi manusia untuk memecahkan masalah yaitu melakukan kemampuan berupa berpikir bila menghadapi persoalan dengan tujuan persoalannya itu dapat dicari jalan penyelesaiannya.
Menurut Chaplin (1995) kecenderungan merupakan satu set atau susunan sikap untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Menurut (Soekanto, 1993) kecenderungan suatu dorongan yang muncul dalam diri individu secara inheren menuju suatu arah tertentu, untuk menunjukkan suka atau tidak suka terhadap sesuatu objek.
Kecenderungan dapat bersifat sementara dapat juga bersifat menetap. Selain itu kecenderungan tidak bersifat hereditas dan perwujudannya lebih dipengaruhi oleh komponen kognitif dan afektif (Sabri, 1993).
Peale (1991) mendefinisikan berpikir positif sebagai satu kesatuan cara berpikir sehat yang menyeluruh sifatnya. Berpikir positif merupakan cara berpikir yang menekankan pada segi positif dari suatu keadaan atau diri sendiri. Efek lain dari kecenderungan seseorang memusatkan perhatian pada aspek positif adalah penyesuaian diri individu (Goodhart dalam Setia budi, 1999). Disamping itu, ia mengandung gerak maju yang penuh daya cipta terhadap unsur-unsur kehidupan contohnya, apabila seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan atau keadaan tertentu, maka individu yang cenderung berpikir positif akan lebih memusatkan perhatian pada keadaan yang bagaimana yang memang harus terjadi. Dengan kata lain, perhatian akan lebih diarahkan pada gambaran-gambaran tentang perasaan senang kepada keadaan yang memang harus dilalui dari pada memikirkan hambatan saat menghadapi keadaan tersebut.
Seligman (1991) melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian berpikir positif efektif untuk mengubah sikap pesimis menjadi optimis dan dapat mengurangi simtom depresi. Menurut Seligman sikap pesimis disebabkan karena adanya keyakinan negatif terhadap dirinya yang berdasar pada cara berpikir yang salah. Dengan jalan mengubah cara berpikir yang negatif menjadi positif maka individu yang semula mempunyai sikap pesimis akan menjadi optimis.
Menurut Peale (1991) menyatakan orang yang berpikir positif adalah orang yang benar-benar hidup, baik secara mental maupun secara rohani. Pemikir positif adalah orang yang memperoleh hasil gemilang dikarenakan orang yang berpikir positif tidak takut berhadapan dengan kesulitan apapun, tidak mau dikalahkan oleh masalah sehingga dengan menggunakan kemampuan akal budinya untuk mengatasi masalah apapun yang muncul dalam hidupnya. Seorang pemikir positif tidak dihantui kecemasan atas kemampuannya yang dapat merintangi keberhasilannya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah kemampuan berpikir individu yang lebih memusatkan perhatian pada segi-segi positif dari keadaan diri sendiri, orang lain, dan masalah yang dihadapi.
Aspek Kecenderungan Berpikir Positif
Menurut Albercht (1980) pada area verbalisasi positif mengandung faktor-faktor yang berkaitan dengan berpikir positif, antara lain:
a. Harapan yang positif
Dalam hal ini didalam menyampaikan sesuatu hal lebih dipusatkan pada hal yang positif misalnya harapan akan sukses, maka subyek membicarakan tentang sukses, tentang prestasi, dan tentang kepercayaan diri.
b. Afirmasi diri
Memusatkan perhatian pada kekuatan diri sendiri, melihat diri secara positif dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan individu lain.
c. Pernyataan yang tidak menilai
Suatu pernyataan yang lebih mengarah pada penggambaran keadaan daripada menilai keadaan, tidak kaku dan fanatik dalam pendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan negatif terhadap sesuatu hal.
d. Penyesuaian terhadap kenyataan
Mengakui kenyataan dengan segera berusaha menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustrasi, kasihan diri, dan menyalahkan diri, menerima masalah dan berusaha menghadapinya adalah satu ciri dari orang yang berpikir positif. Mereka menganggap bahwa masalah sebagai bagian kehidupan yang harus di hadapi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang berkaitan dengan berpikir positif adalah harapan positif, afirmasi diri, pernyataan, yang tidak menilai, dan penyesuaian terhadap kenyataan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Positif
Vinacle (dalam Eva, 2002) menjelaskan adanya dua faktor utama yang mempengaruhi cara bepikir seseorang, yaitu:
a. Faktor Etnosentris, pengertian adalah sikap pandangan yang terpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, yang biasanya disertai sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Faktor etnosentris berupa keluarga, struktur sosial, jenis kelamin, agama, kebangsaan, dan kebudayaan.
b. Faktor Egosentris, pengertian adalah sifat dan kelainan yang menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal, menilai segalanya dari sudut pandang sendiri. Faktor egosentris inilah yang membedakan cara pikir individu. faktor ini berupa aspek-aspek kepribadian.
Piaget dan Murphy (dalam Rusli, 1999) mengemukakan bahwa egosentris adalah ketidakmajuan untuk menaruh perhatian menggambil bagian dan ikut merasakan kebutuhan serta perasaan dan pandangan orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan dua faktor yang mempengaruhi cara berpikir seseorang adalah faktor etnosentris dan faktor egosentris.
Daftar Pustaka
Albercht, B. F. 1980. Teknik Berpikir Positif (terjemahan: Sihombing, T). Surabaya:
Usaha Nasional.
Chaplin, C.B. 1995. Kamus Lengkap Psikologi. (Terjemahan: Kartini Kartono).ed 1. cetakan ke-2. Jakarta: Grafindo Persada.
Peale. 1997. Berpikir Positif, The Power of Positif Thinking (terjemahan). Jakarta:
Guna Rupa Aksara.
Sudarsono. 1991. Kenakalan Remaja. Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sabri, M.A. 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
http://www.masbow.com/2009/08/kecenderungan-berpikir-positif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
isi di bawah sini...komentar anda : menggunakan anonimous atau menggunakan web anda contoh www.suralaya.com